Tegangan di Laut China Selatan dan kekerasan di Myanmar menjadi agenda utama pertemuan utusan Asia Tenggara di Laos
Pertemuan para utusan negara-negara Asia Tenggara di Laos pada hari ini, Sabtu (6/2), memiliki dua isu utama yang menjadi perhatian yaitu tegangan di Laut China Selatan dan kekerasan yang terjadi di Myanmar.
Laut China Selatan, wilayah yang kaya akan sumber daya alam dan menjadi jalur perdagangan penting bagi negara-negara Asia Tenggara, telah menjadi sumber ketegangan antara China dan beberapa negara tetangga. China mengklaim hampir seluruh wilayah ini, namun klaim ini juga dipertentangkan oleh Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Brunei. Konflik ini telah berdampak pada kestabilan di kawasan tersebut dan menjadi perhatian dunia internasional.
Selain Laut China Selatan, kekerasan yang terjadi di Myanmar juga menjadi perhatian utama dalam pertemuan ini. Sejak kudeta militer yang terjadi pada awal Februari, Myanmar telah dilanda oleh gelombang protes dan kekerasan yang menewaskan puluhan orang. Komunitas internasional, termasuk negara-negara Asia Tenggara, telah mengecam keras tindakan militer Myanmar dan menuntut pemulihan demokrasi di negara tersebut.
Pertemuan ini dihadiri oleh utusan dari sepuluh negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), termasuk Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Filipina. Pertemuan ini bertujuan untuk membahas isu-isu tersebut, serta mencari solusi yang dapat mengurangi ketegangan di Laut China Selatan dan memulihkan stabilitas di Myanmar.
Indonesia, sebagai salah satu negara anggota ASEAN yang memiliki peran penting dalam memediasi konflik dan mempromosikan perdamaian di kawasan ini, diharapkan dapat berperan aktif dalam pertemuan ini. Indonesia telah lama menjadi pendukung tegaknya hukum internasional di Laut China Selatan dan telah melakukan upaya diplomasi untuk meredakan ketegangan di kawasan tersebut.
Selain itu, Indonesia juga telah menyuarakan keprihatinan dan mengecam keras kekerasan di Myanmar. Presiden Indonesia, Joko Widodo, bahkan menyatakan bahwa ASEAN harus memastikan pemulihan demokrasi di Myanmar. Indonesia, melalui pertemuan ini, berharap dapat bersama dengan negara-negara ASEAN lainnya, menemukan solusi yang dapat mengakhiri kekerasan dan mengembalikan stabilitas di Myanmar.
Pertemuan ini diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk mengurangi ketegangan di Laut China Selatan dan memulihkan demokrasi di Myanmar. Negara-negara ASEAN perlu bekerja sama dan menjaga solidaritas dalam menghadapi tantangan ini. Dalam situasi yang kompleks ini, peran Indonesia dan negara anggota ASEAN lainnya sangat penting untuk mencapai perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia Tenggara.