Menurut laporan terbaru dari International Energy Agency (IEA), pasokan mineral penting untuk energi bersih di dunia saat ini semakin terkonsentrasi di beberapa negara saja. Hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang ketahanan pasokan mineral yang vital untuk teknologi energi bersih di masa depan.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar pasokan mineral yang digunakan dalam pembangkit listrik tenaga surya, baterai mobil listrik, dan teknologi energi bersih lainnya berasal dari negara-negara tertentu seperti Cina, Republik Demokratik Kongo, dan Australia. Hal ini membuat pasokan mineral tersebut rentan terhadap gangguan pasokan, perubahan harga, dan geopolitik yang tidak stabil.
Salah satu mineral yang paling penting adalah lithium, yang digunakan dalam baterai mobil listrik dan penyimpanan energi. Lebih dari setengah pasokan lithium dunia berasal dari Cina dan Australia. Sementara itu, pasokan kobalt, yang juga digunakan dalam baterai mobil listrik, sebagian besar berasal dari Republik Demokratik Kongo.
Konsentrasi pasokan mineral yang vital ini menunjukkan perlunya diversifikasi pasokan mineral di seluruh dunia. Negara-negara harus bekerja sama untuk mengembangkan sumber daya mineral baru dan meningkatkan keberlanjutan pasokan mineral yang ada.
Selain itu, laporan IEA juga menyoroti pentingnya teknologi daur ulang mineral untuk mengurangi ketergantungan pada pasokan mineral baru. Daur ulang mineral dapat membantu mengurangi dampak lingkungan dari penambangan mineral dan meningkatkan ketahanan pasokan mineral di masa depan.
Kesimpulannya, konsentrasi pasokan mineral penting untuk energi bersih di beberapa negara saja merupakan tantangan serius bagi ketahanan energi global. Negara-negara perlu bekerja sama untuk mengatasi masalah ini dan memastikan pasokan mineral yang vital untuk teknologi energi bersih tersedia secara berkelanjutan di masa depan.