Indonesia setuju untuk repatriasi seorang wanita Filipina yang telah menghabiskan bertahun-tahun di death row atas tuduhan narkotika. Maria Kristina Sergio, seorang wanita Filipina yang tertangkap pada tahun 2010 dengan membawa 2,6 kilogram heroin di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, telah menjalani hukuman mati di Indonesia selama bertahun-tahun.
Namun, setelah upaya yang panjang dari pemerintah Filipina untuk meminta maaf dan memohon pengampunan untuk Maria, Indonesia akhirnya setuju untuk memulangkan wanita itu ke negaranya sendiri. Keputusan ini datang setelah pertemuan antara Presiden Joko Widodo dan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, di mana mereka membahas kasus Maria dan kesepakatan bilateral antara kedua negara.
Maria Kristina Sergio adalah salah satu dari banyak warga negara Filipina yang telah dihukum mati di Indonesia atas tuduhan narkotika. Kasus seperti ini telah menyebabkan ketegangan antara kedua negara tetangga, dengan pemerintah Filipina mengklaim bahwa hukuman mati adalah tidak manusiawi dan tidak adil.
Kepulangan Maria ke Filipina akan membawa harapan baru bagi keluarganya dan masyarakat Filipina yang telah lama berjuang untuk mendapatkan keadilan bagi wanita itu. Meskipun dia telah melakukan kesalahan, banyak yang percaya bahwa hukuman mati bukanlah jawaban yang tepat untuk tindakannya.
Dengan keputusan ini, Indonesia dan Filipina menunjukkan bahwa mereka dapat bekerja sama dalam menangani masalah hukuman mati dan narkotika. Keputusan ini juga merupakan langkah positif dalam memperkuat hubungan antara kedua negara dan memastikan bahwa kebijakan hukuman mati yang adil dan manusiawi dihormati.
Kasus Maria Kristina Sergio adalah pengingat bagi kita semua tentang pentingnya keadilan dan pengampunan dalam sistem hukum. Semoga keputusan ini membawa kedamaian bagi Maria dan keluarganya, serta menjadi contoh bagi negara-negara lain dalam menangani kasus serupa di masa depan.
