Aksi penyelamatan di laut terhadap para pengungsi Rohingya oleh Indonesia merupakan pengingat akan penderitaan yang dimulai di Myanmar
Pada bulan Februari lalu, Indonesia berhasil menyelamatkan puluhan pengungsi Rohingya yang terdampar di perairan Laut Andaman. Aksi penyelamatan ini merupakan tindakan kemanusiaan yang patut diapresiasi, namun juga menjadi pengingat akan penderitaan yang dialami oleh suku Rohingya sejak dimulainya konflik di Myanmar.
Sejak tahun 2017, lebih dari 740.000 Rohingya telah melarikan diri dari Myanmar karena kekerasan dan penganiayaan yang dilakukan oleh militer Myanmar. Mereka mengalami pembunuhan massal, pemerkosaan, dan pembakaran desa-desa mereka. Banyak dari mereka terpaksa mencari perlindungan di negara-negara tetangga, termasuk Indonesia.
Namun, perjalanan para pengungsi Rohingya tidak selalu lancar. Banyak dari mereka terjebak di perairan terbuka, tanpa makanan, air, atau perlindungan. Mereka sering menjadi korban perdagangan manusia, dimanfaatkan oleh para penyelundup untuk keuntungan pribadi mereka.
Aksi penyelamatan yang dilakukan oleh Indonesia adalah contoh nyata dari kepedulian dan solidaritas internasional terhadap para pengungsi Rohingya. Namun, tindakan ini juga harus diikuti dengan langkah-langkah konkret untuk menyelesaikan akar masalah konflik di Myanmar.
Pemerintah Indonesia harus bekerja sama dengan negara-negara lain dan organisasi internasional untuk menekan pemerintah Myanmar agar menghentikan kekerasan terhadap suku Rohingya dan memberikan perlindungan yang layak bagi mereka. Selain itu, Indonesia juga harus meningkatkan upaya untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada para pengungsi Rohingya yang sudah berada di Indonesia.
Aksi penyelamatan di laut terhadap para pengungsi Rohingya adalah pengingat akan penderitaan yang mereka alami, serta tanggung jawab kita untuk memberikan perlindungan dan bantuan kepada mereka. Semoga dengan kerja sama dan solidaritas internasional, para pengungsi Rohingya dapat kembali hidup dengan aman dan damai di tanah air mereka.
